Ticker

6/recent/ticker-posts

Makom Buyut Kahir di Pasir Pipisan Desa Kebon Jati Kecamatan Sumedang Utara

Sampurasun 
Salam Rahayu Jati Sampurna,
Insun Medal Insun Madangan

Kali ini saya akan membahas makom buhun yang lokasinya ada di Gunung Pasir Pipisan Desa Kebon Jati Kecamatan Sumedang Utara, orang-orang di sekitarnya menyebutnya dengan sebutan Buyut Kahir.

Karena saya aktif di Paguyuban Kebudayaan Kecamatan Sumedang Utara dan juga di Keraton Sumedanglarang sebagai kamatren ke sejarahan begitu juga di Dewan kebudayaan Sumedang menjabat sub bidang kesejarahan juga,  sewaktu saya mendata situs dan makam-makam yang ada di wilayah Kecamatan Sumedang Utara, saya bersama Ambu Hanjuang, sempat berbincang-bincang dengan juru kunci makam Bojongjati tentang makam Buyut Kahir, namun juru kunci makam juga tidak mengetahui, latar belakang sejarah makam buyut Kahir tersebut. 

Ada beberapa versi tentang makom Buyut Kahir ini, ada yang mengatakan beliau adalah Buyut Natamanggala. Sementara, menurut penuturan dari Pak Undang dari Badama seorang tokoh sesepuh Partai Demokrasi Indonesia dulu dan tokoh budayawan desa Bojongjati. Pak Undang menerangkan bahwa, "Buyut kahir dulunya seorang paninggaran yang datang dari Narimbang dan menetap di Dusun tersebut. Dan bila kita secara kebetulan melihat sesuatu yang jarang terlihat oleh orang, penunggunya makam tersebut akan menampakan diri seekor harimau jejadian". 

Saya juga diundang oleh para ketua rukun warga di Kelurahan Situ Kecamatan Sumedang Utara,  untuk membahas tentang  makam Buyut Kahir yang makamnya di Gunung Pasir Pipisan Kelurahan Bojongjati tersebut. Dari keterangan masyarakat setempat Buyut Kahir adalah leluhurnya di daerah tersebut yang hijrah dari Narimbang Conggeang.  Buyut Kahir mempunyai hobby berburu binatang, dan makanan kesenangannya adalah makan umbi bakar ketela pohon (basa sunda bubuy sampeu) dengan gula aren kampung, dan ketika meninggalnya beliau berpesan ingin dimakamkan di Gunung Pasir Pipisan, oleh warga sekitarnya  makam buyut Kahir dikeramatkan sampai sekarang.

Untuk sampai ke lokasi makom Buyut Kahir kita harus jalan menanjak ke atas Gunung Pasir pipisan, namun sayang belum ada jalan setapak yang khusus jika kita berjiarah ke makom buyut Kahir tersebut, kadang kala kita harus membabat pohon dengan golok karena menhalangi jalan ke makomnya.  Nisan makam Buyut Kahir ditandai dengan batu kali yang cukup besar, namun di sekeliling makamnya tidak tampak ada makam lainnya, yang ada di puncak tersebut hanya ada batuan andesit besar. Dan bila kita duduk berdoa di makam Buyut Kahir ini batu kali nisannya sejajar hampir seukuran badan kita. 


Ada juga yang mengatakan bahwa makom buyut Kahir tersebut adalah sama dengan Abah Khair yang menciptakan jurus Cimande, yang mengantarkan pangeran kornel ke Sumedang, dan juga gurunya Pangeran Kornel sewaktu masih di Cianjur.

Menurut cerita turun-temurun yang mengantar Pangeran Kornel sewaktu pulang lagi ke Sumedang, diantaranya; Dalem Suryatani yang makamnya ada di dusun Karapyak Kelurahan Situ, Buyut Tirta dan Buyut Ageung yang makamnya ada di makam keramat Kandang, Dusun Sukasari, Desa Mekar Jaya Kecamatan Sumedang Utara.

Pencipta dari aliran Cimande adalah Abah Kahir, ada yang mengatakan Abah Sakir, Abah Khair dan lain lain. Pencak silat aliran Cimande sering disebut juga dengan nama Maenpo Cimande. Kata Maenpo berasal dari kata maen poho (bahasa sunda), yang berasal dari kata maen dan poho atau lupa, yang dapat diartikan sebagai menipu gerakan. Karena itu kemudian dipersingkat menjadi maenpo.. Ia diyakini berasal dari daerah Tatar sunda selatan Garut, Tasikmalaya atau Cianjur Selatan. Ia belajar beladiri justru dari istrinya yang ahli dalam bela diri. 

Istrinya diceritakan selain mempunyai keahlian dalam beladiri juga menyaksikan pertarungan antara Harimau dan 2 ekor Monyet. Salah seekor monyet membawa ranting dalam melawan harimau tersebut. Sedang yang satunya bertangan kosong. Dari peristiwa ini sang Istri kemudian menciptakan jurus pamacan, pa monyet dan pepedangan yang merupakan salah satu jurus andalan dari aliran ini.

Karena kehebatannya dalam maen po, Abah Kahir kemudian dijadikan pamuk atau guru bela diri di lingkungan kabupatian oleh Bupati Cianjur yang bernama Raden Aria Wiratanudatar antara 1776-1813 masehi, yang kemudian hari dikenal dengan nama Dalem Enoh. 

Abah Kahir pernah datang ke Sumedang di era Pangeran Kornel. Oleh penulis buku Pangeran Kornel, yaitu Raden Memed Sastradiprawira, Abah Kahir atau buyut Kahir digambarkan sebagai selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam.  Dan juga dia selalu memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika dia ngibing di atas panggung penampilannya sangat ekspresif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi dan terlatih baik, ketika ngibing atau menari seperti tidak mengenal lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang atau Nincak kana kendang suatu istilah sunda.

Bupati Aria Wiratanudatar 4 atau Dalem Enoch memiliki 4 orang anak, yaitu: Raden Aria Wiranagara atau Aria Cikalong, Raden Aria Natanagara atau Raden Haji Muhammad Tobri, Nyi Raden Meumeut dan A"om Abas, yang ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan Garut.

Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Raden Aria Wiranagara atau Aria Cikalong, karena dialah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Kahir dan nantinya memiliki cucu yang menciptakan aliran baru yang hebat. Setelah Bupati Aria Wiratanudatar 4 tahun 1813 meninggal. 

Pada tahun 1815 masehi, Abah Kahir atau Buyut Kahir pergi ke Bogor mengikuti anak sang bupati Cianjur tersebut, Raden Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah dia tinggal di Kampung Tarik Kolot Cimande hingga meninggal pada tahun 1825 masehi dalam usia yang tidak tercatat, dan memang makam mbah kahir atau abah khair ada di Jalan Ahmad Yani, Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sereal, Kotamadya Bogor.

Abah Kahir atau Buyut Kahir, memiliki 5 orang anak yaitu ki Endut, ki Ocod, ki Otang,ki  Komar dan ki Oyot. Mereka inilah dan murid-muridnya sewaktu dia bekerja di Kabupaten yang menyebarkan Maen Po Cimande ke seluruh Tatar Sunda.  Sementara di Bogor, salah seorang muridnya yang bernama Atje yang meninggal di Tarikolot, yang hingga kini keturunannya menjadi sesepuh pencak silat Cimande Tarikolot Kebon Jeruk Hilir.

Terlepas dari banyaknya versi mengenai siapakah sebenarnya makam atau makom buyut Kahir yang berada di Pasir Gunung Pipisan tersebut, maka sebagai orang yang berbudaya kita berkewajiban memeliharanya walaupun itu hanya sebatas makom, 

Salam Santun


Posting Komentar

0 Komentar